(Name of Project)
by
(Name of First Writer)
(Based on, If Any)
Revisions by
(Names of Subsequent Writers,
in Order of Work Performed)
Current Revisions by
(Current Writer, date)
Name (of company, if applicable)
Address
Phone Number
FADE IN:
EPISODE 1
ARJUNA LUMPUR
01. EXT. HALAMAN SEKOLAH SD PENGUNGSIAN - PAGI 1 1
Pemaian: Fig. Murid-murid SD
Di tengah sengatan matahari pagi, murid-murid SD yang sekolah
di tempat darurat, berbaris mengikuti upacara. Mereka
khidmat, menatap bendera sangsaka Merah Putih, sambil
mengumandangkan lagu ‘INDONESIA RAYA’, dikomando salah
seorang siswa.
Insert: Montage
Suasana dinamis alat-alat berat seperti Relief Well
menangani luapan lumpur, dan back hoe yang sedang beroperasi.
Suasana rumah-rumah tergenang lumpur.
Anak-anak suka cita bermain air lumpur di halaman rumah.
CUT TO:
02. INT. RUMAH PENAMPUNGAN - PAGI 2 2
Pemain: EMAK, IMAH, Fig. Warga
Suasana bangsal penampungan -korban rumahnnya terendam banjir
lumpur- berisik. Mereka -para ibu-ibu, remaja gadis, dan anakanak-
saling ngobrol. Ada yang duduk-duduk, ada pula yang
jalan hilir mudik.
IMAH alias Rohimah (18 th), gadis lulusan SMU -mengidap
kleptomania- masih tertidur pulas, berselimut sarung. Ia
seolah bergeming, meski orang-orang lalu lalang, anak-anak SD
pulang sekolah.
Tiba-tiba EMAK (46 th) -ibunda IMAH, pedagang sayur di pasarsambil
membawa ceret isi air, berang dan mendekati IMAH.
EMAK
(ngomel)
Anak wedok siji gak peduli kondisi
susah. Penggaweane mbangkong, ambek
rebutan duwek bulanan Lapindo.
Mendadak EMAK mengucurkan air dalam ceret ke tubuh IMAH.
EMAK
(geregetan)
Tangi, tangi.., onok Tsunami!
Gempa!
IMAH tergagap-gagap bangun. Orang-orang di sekitarnya
tercengang. IMAH ngedumel, mengusap-usap kedua matanya, dan
duduk di tempat, malas-malasan.
IMAH
(sebel, ngedumel)
Gak modern, Emak iki.
EMAK
(berang)
Ojok kakean cangkem. Emak isin,
ndelok ko’en sak bendino tangi
awan.
IMAH berdiri, ngambek, bergegas pergi sambil tetap membiarkan
tubuhnya terbungkus sarung.
IMAH
(ngedumel)
Maklum, Emak SD gak lulus. Kasar.
Orang-orang di sekitarnya memperhatikan IMAH, bengong.
EMAK menatap IMAH, geleng-geleng kepala, dan geregetan sambil
mengepalkan tangan.
CUT TO:
03. EXT. BURITAN RUMAH PENAMPUNGAN - PAGI 3 3
Pemain: Imah, 3 Fig. Bocah Pengungsi
IMAH masih membungkus tubuhnya dengan sarung, menenteng
gulungan tikar plastik. Ia menghampiri kerumunan bocah cilik -
usia SD- yang sedang bermain sambil belajar menggambar.
Lantas, IMAH mengusir anak-anak yang menempati bangku tempat
kongkow penghuni rumah penampungan.
IMAH
(ketus)
Ayo, pindah-pindah. Ambene kate tak
gawe.
Anak-anak bergegas memberesi mainannya, saling berbisik dan
sebel.
2.
GADIS CILIK1
(menggerutu, geregetan)
Mbak Imah jahat.
COWOK CILIK2
(nyengir)
Iyo. Atek duwe penyakit nyolongan.
GADIS CILIK3
(sinis)
Bener, tukang korupsi. Duwek’e
Ibukku dikek’i Lapindo, dicolong
Satus Ewu.
GADIS CILIK2
Jare Bapakku, penyakit kleptomania.
Setelah bangku bersih kosong, IMAH menggelar tikarnya, dan
tidur sambil membungkus tubuhnya dengan sarung.
IMAH
(girang)
Awas nek ganggu aku, yo..
Ketiga gadis cilik pergi, saling sebel.
GADIS CILIK1
(ketus)
Jahat, nyolongan, males.
(melucu)
Kacian, deh.
IMAH tetap saja bergeming dan tidur pulas. Datang, NING JUM
alias JUMIATUN (27 th), janda yang tetangga sekaligus teman
ngerumpi EMAK-nya. NING JUM heran, meski menggelitikkan
jarinya ke telapak kaki IMA berulang-ulang, gadis ini masih
tetap mendengkur.
NING JUM
(gemas)
Awas, tak kandakno Emakmu, yo.
CUT TO:
04. EXT. BERANDA RUMAH PENAMPUNGAN - PAGI 4 4
Pemain: Ali, Emak, Ning Jum
Di tengah hilir mudik para penghuni rumah penampungan, EMAK
pegang remote, asyik masyuk pindah-pindah chennel di depan
3.
teve.
Dari arah belakang, muncul NING JUM, janda yang suaminya
meninggal akibat terkena gempa Padalarang, sewaktu tugas
mengirim barang di hotel kawasan pantai. NING JUM tak
langsung menegur, ia berdiri di tempat sambil memperhatikan
tingkah laku -lucu- EMAK di depan teve.
NING JUM
(bicara sendiri, geleng
kepala)
Ambek anake podo melere! Onok
gempa, isok kebrukan koyok almarhum
bojoku nang pantai Padalarang.
EMAK masih tak menyadari tingkah lakunya diperhatikan NING
JUM. Tak bisa menahan geli, NING JUM menggoda EMAK.
NING JUM
(menyapa keras)
Mak.., gak dodolan nang pasar ta?
EMAK kaget, mengambil nafas panjang.
EMAK
(sebel)
Opo sing didol? Pasare tutup. Kulakan
sayur susah.
NING JUM
(nyeletuk)
Iyo, Mak. Enak santai-santai ngene.
Sak wulan, entuk jatah sumbangan
Telung Atus Ewu. Lha po susahsusah
dagang sayur. Ngenakno wong
lanang.
(diam sejenak, nyindir,
canda)
Zaman susah, nontok teve
teruuuss...
EMAK
(tersinggung, emosi)
Cangkemmu. Nyindir-nyindir. Endi
isok ayem, nek omah kebanjiran
lumpur.
Muncul ALIMIN alias ALI (24 th), anak sulung EMAK yang kuliah
Fisip jurusan Komunikasi semester 8, dan aktivis LSM
Pengentasan Kemiskinan. ALI bengong menyaksikan EMAK debat
dengan NING JULA.
4.
EMAK buru-buru menyembunyikan remote, dan pura-pura tak
serius nonton teve.
NING JUM
(sinis, mempertegas)
Lumayan Mak, dijatah Telung Atus
Ewu. Bojoku lho, mati kebrukan
tembok hotel akibat gempa
Padalarang, gak onok sing ngereken.
EMAK
(geregetan)
Ngersuloh dadi rondo mati? Yo,
njaluko ganti nang Gusti Allah!
ALI terusik, dan segera melerai.
ALI
(geleng-geleng, meredam)
Emak.., Ning Jum, istiqfar. Eling,
ayo njaluk sepuro nang Allah.
EMAK
(sinis, beringsut)
Aneh. Gempa sing gawe Tuhan, areparep
ganti rugi.
ALI
(menasihati)
Mak, kabeh niku kehendak Tuhan.
Termasuk, banjir lumpur niki. Siapa
pun mestine ngoreksi diri.
EMAK
(menyela, segan)
Sing ngoreksi diri mestine dudu
kene, Ali. Wong omahe dewe loh gak
kenek dienggoni.
NING JUM
(nyeletuk gaya parikan,
sebel)
Pabrik krupuk kerendem lumpur,
aku saiki yo nganggur.
ALI
(meredam, ramah)
Gak oleh ngersuloh, Ning. Sopo
ngerti bencana akhir-akhir iki,
teguran Allah. Sing lengah dadi
eling, sing wis eling tambah cidek
Allah.
5.
NING JUM
(menyahut, penasaran)
Opo awake dewe ngersuloh seh, Mak?
EMAK tak menjawab, kali ini, ia segan menghadapi putra
sulungnya yang sikapnya terkesan wibawa.
ALI
(menyela, senyum, kalem)
Ning khan entuk Telung Atus Ewu.
Sisihno gawe modal usaha, lumayan.
NING JUM
(sebel)
Aku rondo, gawe mangan pas-pasan.
Soko endi modal? Usaha opo?
ALI
(nyindir Emak, tenang)
Khan isok nggawe rempeyek, kripik
telo, kripik pohong, terserah. Trus
dititipno warung-warung. Ning duwe
keahlian kerjo pabrik krupuk,
kenapa gak dimanfaatkan?
(diam sejenak)
Keterusan njagakno jatah bulanan,
podo karo gak bersyukur, Ning.
NING JUM
(meledek)
Mak! Krungu dewe yo, omonge anak
sampeyan. Gak rugi, Ali kuliah
Komunikasi. Isok golek biaya dewe.
Pinter ngomong maneh, he..he.
EMAK
(sebel)
Lambemu..
NING JUM
(meledek, gemes)
Mulai mene, dagang sayur maneh,
Mak. Gak usah mbanding-mbandingno
jatah Telung Atus Ewu ambek
penghasilan dagang sayur sewulan.
EMAK tersinggung, cemberut, dan ngeloyor pergi.
05. EXT. HALAMAN RUMAH PENGUNGSIAN - SIANG 5 5
Pemain: Ali, Kiyah, Dolah, Fig. Pemuda2
6.
KIYAH alias RUKIYAH (20 th), mahasiswa Fak. Psikologi
semester 6 -mengendarai sepeda motor- tiba di halaman. Ia
memarkir kendaraannya. ALI menghampiri KIYAH yang
berpenampilan casual -stelan kain jatuh- ala ke plasa warna
cerah. Beberapa pemuda yang bergerombol tak jauh dari situ,
terperangah penampilan KIYAH, mereka kasak-kusuk.
KIYAH
(senyum, ceria)
Sori, telat. Temen-temen Fakultas
Psikologi demo. Ninggalin kampus,
susah.
ALI
(senyum)
Kenapa demo?
KIYAH
(malu-malu)
Isin, aku.
ALI
(meledek)
Calon psikolog kok, malu cerita.
KIYAH
(rada sebel)
Gimana, ya. Di kampus ada dosen
cabul. Mirip cerita dukun cabul.
Juga terbongkar ada dosen praktik
bisnis nilai.
ALI
(senyum)
Sekarang, yang naif-naif tambah
kreatif.
(diam sejenak, kecewa)
Bencana karena kuasa Tuhan aja
banyak yang membisniskan, apalagi
nilai ngeraih sarjana.
KIYAH
(semangat, bergegas)
Aku antar semangka ke Emak dulu,
ya.
KIYAH mengambil semangka di dek kendaraannya, ia melangkah ke
rumah penampungan. ALI menatapnya sambil memegangi sepeda
motor KIYAH.
KIYAH keluar rumah penampungan, EMAK mengantar sampai
beranda. KIYAH menghampiri ALI yang duduk di atas kendaraan.
Keduanya saling mengenakan helm.
7.
ALI
(bersahaja)
Trima kasih, ya, kamu selalu
nyenangkan Emak.
KIYAH
Cumak satu semangka..
DOLAH alias ABDULAH (22 th), adik ALI -nomer 2- menenteng
handycam, menghampiri sekelompok pemuda yang memperhatikan
ALI dan KIYA. Mereka meledek DOLAH.
PEMUDA 1
(nyeletuk, meledek)
Mas-e Dolah, Arjuno. Sing nyusul
gonta-ganti.
PEMUDA 2
(menimpali)
Dolah, cowok GOS.., Gendeng Obsesi
Sutradara. Gak dadi-dadi, ha..ha.
DOLAH
(menyahut, gergetan)
Raimu..!
Sepeda motor yang dikendarai ALI, memboceng KIYAH
meninggalkan halaman.
CUT TO:
06. EXT. JALAN-JALAN DESA TERENDAM LUMPUR - SIANG 6 6
Pemain: Ali, Kiyah
Montage:
ALI mengendarai sepeda motor, berboncengan dengan KIYAH -
berbusana casual ala ke plasa warna cerah- menyusuri desadesa
yang terendam lumpur.
ALI (V.O.)
(trenyuh)
Aku harus bisa nyusun skripsi,
sekaligus jadi buku yang dibaca
banyak orang. Harus.
Supaya bisa membuka mata hati
semuanya; bencana bisa menimpa
siapa saja, kapan saja.
(diam sejenak)
Kasihan orang-orang seperti Emak.
Buta komunikasi kearifan.
8.
(MORE)
Musibah tidak membuat bangkit, atau
hijrah hati dan pikiran.
Sebaliknya, gelap mata menyangka
banjir lumpur, banjir uang.
CUT TO:
07A. EXT. HALAMAN PABRIK KRUPUK - SIANG 7 7
Pemain: Alih, Kiyah. Ayah Ali
ALI menghentikan kendaraannya -membonceng KIYAH yang
berbusana ala ke plasa warna cerah- di halaman pabrik
krupuk. Ali memarkir sepeda motornya.
KIYAH
(penasaran)
Kok, mandeg di sini Mas?
ALI
(senyum)
Aku mau nemui Bapak. Dia butuh
semangat.
KIYAH
(heran)
Ada masalah?
ALI
(senyum)
Nggak.
KIYAH
(penasaran)
Tempat kerja yang lama khan
terendam lumpur. Ini sing baru?
ALI
Iya. Aku salut sama Bapak. Dia gak
ikut-ikutan terlena santunan 300
ribu. Sekarang, tiap pulang kerja
nyambi jual buku-buku bekas. Modale
memanfaatkan uang sumbangan
bulanan.
ALI melangkah ke pabrik. KIYAH menunggu sepeda motor yang di
parkir.
CUT TO:
9.
ALI (V.O.) (cont'd)
07B. INT. PABRIK KRUPUK - SIANG 8 8
AYAH ALI (49 th), buruh pabrik krupuk, nampak telanjang dada,
sibuk mengaduk-aduk bahan krupuk. Salah seorang buruh
lainnya, meneriakinya di pintu masuk.
BURUH PABRIK
(teriak)
Pak Ali! Digoleki anak sampeyan.
AYAH ALI bergegas mengenakan kaos oblong, dan menuju pintu
keluar.
07C. EXT. BERANDA PABRIK KRUPUK - SIANG 9 9
AYAH ALI dan ALI duduk di teras. Keduanya asyik ngobrol.
AYAH ALI
(cemas)
Bapak bingung mikirno adikmu, Imah.
Kerjone turu terus. Bapak rumongso
salah, gak mampu nguliahno.
ALI
(ramah, semangat)
Mboten usah dipikir, Pak. Imah
memang lemah. Kesane sadehan gorenggorengan
kripik. Modale duwek jatah
pengungsian.
AYAH ALI
(penasaran)
Opo gelem?
ALI
(meyakinkan)
Larene ngaku seneng. Malah, Emak
mulai sesok sadehan male ten pasar.
Dagangane ditambah, ngangge modal
duwek jaminan bulanan.
AYAH ALI
(lega)
Yo, syukur nek wis gak kepengaruh
males-malesan, njagakno duwek
kesejahtaraan thok.
ALI
Selain dagang goreng-gorengan, Imah
kulo daftarno kursus njahit.
10.
AYAH ALI
(cengang)
Opo bebanmu gak tambah berat?
Nanggung biaya kuliahmu dewe gak
ringan. Opo maneh sibuk penyuluhan
nang deso-deso.
ALI
(meyakinkan)
Dungone Bapak mawon, supoyo kulo
golek rezeki, lancar.
AYAH ALI
(menepuk-nepuk pundak ALI)
Bapak selalu ndungakno.
(beranjak)
Bapak tak njukuk buku kiriman
dulure bos sing dadi wartawan nang
Jakarta.
AYAH ALI masuk ke dalam pabrik. ALI memanggil KIYAH, dan
KIYAH pun menghampirinya.
AYAH ALI keluar sambil membawa tiga buah buku. KIYAH mencium
tangan AYAH ALI.
AYAH ALI
(ramah)
Bapak minta maaf, Nak Kiyah. Nunggu
suwe?
KIYAH
(senyum, ramah)
Tidak apa-apa, Pak.
AYAH ALI menyerahkan ketiga buku ke ALI. Dan, ALI
memperhatikan judulnya satu per satu. Masing-masing; ‘Saya
Ingin Membayar Utang Kepada Rakyat’ (YB. Mangunwijaya, 1999),
‘Jagat Wartawan Indonesia’ (Soebagio I.N, 1981), dam ‘Sajak-
Sajak Anak Angin Anak Laut’ (Abdul Hadi W.M, 1983). ALI
AYAH ALI
Mari ngene nangdi?
ALI
Nemui warga ten deso sekitar
tanggul lumpur.
AYAH ALI
(mengingatkan)
Ati-Ati. Kegiatanmu ngajak warga
bangkit ngadepi musibah, gak kabeh
isok nrimo.
11.
ALI
Ngertos, Pak. Malah, pesan Bapak,
supoyo tidak tergoda rebutan duwek,
selalu kulo sampekno tiyang-tiyang.
AYAH ALI
(khawatir, mengingatkan)
Tolong awasi terus Duwan, pacar
Imah. Arek iku bakat gak mikir
makna di balik musibah banjir
lumpur.
ALI
(mengangguk)
Nggih, Pak.
AYAH ALI
Bapak sakno dekne. Kerjone ngojek
rono rene. Ojok sampek gampang
dipengaruhi nafsu mburu duwek nang
bencana iku.
ALI
Leres Pak, sakno menawi
terpengaruh. Duwan larene sae.
Berjasa mbantu nyembuhno
kleptomania Imah.
(diam sejenak)
Kulo sedih, Imah tasik seneng
nyolong barange tonggo. Nopo male
sasarane korban musibah niki.
CUT TO:
08. INT. RUMAH PENANPUNGAN - SIANG 10 10
Pemain: Imah, Fig. Ibu-ibu dan Gadis-gadis
IMAH duduk di bangsal, sambil asyik merenda. Di sekitarnya,
ibu-ibu dan gadis-gadis remaja -penghuni rumah penampungansaling
ngerumpi. IMAH sesekali melirik gadis di sampingnya,
yang sedang memakai lipstick sambil bercermin di kaca kecil.
IMAH (V.O.)
(senyum-senyum, sesekali
melirik)
Wouw, lipstick-e apik-e.
Awas yo, dilebokno tas, koen
lengah, tak sikat.
GADIS selesai memoleskan lipstick di bibirnya, ia masukkan
benda itu di tas. IA berdiri dan pergi sambil menenteng
tasnya. IMAH menarik nafas panjang, dan sebel.
12.
IMAH
(kecewa, bergumam)
Dasar kentir. Awas yo, engkuk tak
sikat sak tas-tasmu, kapok.
IMAH tertegun melihat ada BH tergeletak di tempat duduk si
gadis tadi. Dilihatnya kanan-kiri, tak ada yang
memperhatikan, ia pun menyahut BH itu, dan menyembunyikan di
balik bajunya.
IMAH
(gembira)
Lumayan, menyelam sambil minum
lumpur, he..he..
CUT TO:
09. EXT. RUMAH WARGA SEKITAR WADUK LUMPUR - SIANG 11 11
Pemain: Ali, Kiyah, Fig. Ibu-ibu, Ibu Balita, Ibu2
KIYAH -kali ini berbusana casual khasnya dengan warna kalembersama
ALI bertemu ibu-ibu di beranda rumah seorang warga.
ALI duduk sambil menggendong gadis balita. Ia sesekali
menyuapkan roti. Di sebelahnya, Kiyah sambil memegang buku
notes, berdialog dengan ibu-ibu.
KIYAH
(menunjuk balita1)
Sejak seusia dia, sebaiknya sudah
dikenalkan kejadian alam secara
benar.
IBU BALITA
(penasaran)
Uwis Mbak, kasep. Malah nek meler
kecek-kecek lumpur nang halaman, yo
tak weden-wedeni, tak gebuki.
KIYAH
(senyum)
Dijelaskan yang sebenarnya, Buk.
Lumpur ini khan tidak baik buat
kesehatan. Kandungan kimianya
tinggi, melebihi ketentuan.
IBU 1
(nyeletuk)
Mbak! Got ngarep omahku dari dulu,
akeh lumpure. Nek udan sering tak
keruki. Nyatane, aku sampae sak’iki
gak penyakiten.
13.
ALI
(menimpali, senyum)
He..he, lumpur ini lain, Bu. Kadar
kandungannya membahayakan. Ada yang
disebut kandungan Phenol, Nitrit,
Chemical Oxygen Demand atau COD,
Biochemical Oxygen demand air
raksa. Jadi bahaya buat kesehatan.
(diam sejenak)
IBU-IBU tertegun, manggut-manggut.
ALI
(senyum)
Apa ibu sendiri tidak takut?
IBU 1
(nyeletuk)
Nek ngono yo, wedi. Atek onok air
raksane pisan.
ALI
(senyum, menunjuk balita2)
Bu, apa yang paling ditakuti adik
ini?
IBU2
Petir, api, kecoa, tikus.
KIYAH
(mencecar)
Lumpur itu, nggak takut?
IBU2
(gemes)
Malah suka. Wong tahu rumah
neneknya kerendem lumpur, dekne
pingin ke sana terus.
ALI
(menimpali, bercanda)
Sama duwit gak takut, ya Bu?
He..he.., selingan lho, Bu.
IBU2
(bercanda)
Duwit apa dulu? Ngentit ganti rugi
korban lumpur? Nyolong? Ya mesti
aja seneng. Wong dia nggak bisa
mikir, he..he.
14.
IBU3
(menimpali)
Kalo anak saya yang besar, pasti
takut.
IBU BALITA buru-buru mengeluarkan uangnya dan menyahut tas
milik seorang ibu lain yang duduk di sampingnya. Lantas, ia
memperagakan seolah mengambil uang dari tas itu.
(menunjuk pemilik tas)
Apalagi, uang milik korban musibah
seperti dia. Takutnya dobel-dobel.
Takut duso, kuwalat, dibales.
He..he.
Ibu-ibu yang lain ikut tertawa. Tiba-tiba salah seorang
IBU(3) nyeletuk.
IBU3
(gemes)
Nek sing duwe duwek ikhlas, yo gak
opo-opo toh?
IBU2
(menimpali)
Kentir iki. Gak onok dirampok, trus
ikhlas. Nek kepekso, yo.
IBU1
(geregetan)
Tego ta’ nguntal duwek’e korban
bencana alam. Masiyo wonge sugih?
ALI dan KIYAH saling pandang, tersenyum.
CUT TO:
10. EXT. SEKOLAH SD PENGUSIAN - SIANG 12 12
Pemain: Ali, Kiyah, Fig. Murid-murid SD
ALI dan KIYAH -berbusana casual warna cerah- baru saja
selesai memberi penyuluhan pada murid-murid yang belajar di
tempat sekola darurat. Keduanya melangkah menuju tempat
parkir sepeda motornya. Salah seorang murid menghentikan
mereka, lantas jabat tangan.
MURID 1
(jabat tangan)
Mas Ali, Mbak Kiyah! Ke sini lagi,
ya. Nanti, ajari cara menghadapi
gempa?
15.
MURID 2
(nyeletuk, teriak)
Ambek berlatih kreatif, Mas.
ALI
(tersenyum, balas jabat
tangan)
Kalo ada gempa, kamu sedang di
kelas, kalo gak sempat keluar, kamu
cepet-cepet sembunyi di bawah
bangku. Andai atapnya ambruk, khan
aman.
MURID 2
Ada banjir lumpur, apa juga
sembunyi di bawah bangku?
MURID 3
(menimpali, geregetan)
Goblok arek iki. Isok matek koen.
CUT TO:
11. EXT. RUMAH PENGUNGSIAN - S0RE 13 13
Pemain: Ali, Duwan, Imah
DUWAN alias RIDWAN (24 th), pacar IMAH -tukang ojek- datang
mengendarai sepeda motor. Ia memarkir di halaman penampungan.
DUWAN menemui IMAH yang sibuk menggoreng kripik mlinjo. IMAH
menyambut dengan ketus.
IMAH
(sebel, kacak pingang)
Soko endi telat?
DUWAN
(takut-takut)
Nggoleki Mas Dolah, gak ketemu.
Trus macet, Yang. Trus banku
bocor?
IMAH
(geregetan)
Gombal.., alesan. Mas Dolah nang
kene digoleki..
(diam melotot, dan
menghardik)
Lapo, gak hubungi Hp-ku?
16.
DUWAN
(mengalihkan)
Pulsaku entek, manisku.
IMAH
(sewot)
Rayuan Lelaki Buaya Darat, busyet.
Pinter alesan. Maklum, biasa
ngumpulno uwong, golek dana ML.
DUWAN
(merayu)
Sumpah, Dik! Aku gak pernah golek
dana gawe Making Love.
Mendadak, DUWAN merangkul IMAH. Kontan, IMAH melepas tangan
DUWAN dengan keras.
IMAH
(geregetan, emosi)
Making Love ambek bedes ta’. Dana
ML iku Mangan Lumpur.
(diam sejenak, cemberut)
Awas yo, katek ketemon ngojek TTM.
Cewek Tahu Tempe Menjes, tak gebeg
sampeyan.
DUWAN
(merayu)
Istilah opo maneh TTM dadi Tahu
Tempe Menjes. Kok ngamukan, seh.
Gak sueneng aku.
IMAH
(sebel, ketus)
Babahno. Dasar, lanangan doyan
duwek ML.
(gemes)
Pulsa kosong, kenek opo gak telpon
nang wartel?
(geregetan)
Golek gara-gara, ta? Aku yo isok,
ngojek TTM impor ganti-ganti.
DUWAN
(merendah)
Ojok ngono ta, Yang. Kok katek
istilah Tahu Tempe Menjes impor
maneh.
DOLAH sambil nenteng handycam, datang dengan mengendarai
sepeda motor, menghentikan pembicaraan DUWAN-IMAH. DOLAH
memaksa DUWAN ikut pergi. IMAH ketakutan.
17.
DOLAH
(geram, teriak)
Duwan! Yuk, melok aku!
DOLAH membonceng DUWAN, meninggalkan tempat.
CUT TO:
12. EXT. RUMAH WARGA TERENDAM LUMPUR - SORE 14 14
Pemain: Dolah, Duwan
DOLAH berbicara serius dengan DUWAN. Keduanya berdiri
membelakangi rumah-rumah warga yang terendam banjir. Sepeda
motornya diparkir tak jauh dari tempat mereka. Sesekali
keduanya menatap genangan lumpur.
DOLAH
(emosi)
Giliran awakmu mempengaruhi Imah
ambek Emak. Lapoh soro-soro usaha.
DUWAN suntuk, seperti orang kebingungan.
DUWAN
(garuk-garuk kepala)
Bingung. Wis enak-enak gak kerjo,
sak wulan dijatah Telung Atus Ewu,
kakehan pola.
DOLAH
(mempertegas)
Nek sampek akeh sing niru, isok
rusak kabeh. Alesan gak onok
penghasilan, gak masuk akal maneh.
(diam sejenak seolah
berpikir)
Awak dewe kudu cepet bertindak,
Wan.
DUWAN
Yok opo, nek Mas Ali ngerti? Kabeh
iku khan pengaruh Mas Ali.
DOLAH
(geregetan)
Goblog arek iki. Mosok ngono ae
diajari. Nek Mas Ali duduk cacakku,
gak usah awakmu gak patek’en.
(diam sejenak)
Sak’iki nek tak kerjani dewe,
resikonne keluargaku isok rusak
kabeh.
18.
(MORE)
Ngerti khan, nek sing biayai aku
kuliah broadcast rong tahun, Mas
Ali.
DUWAN
(menggerutu, sebel)
Kerjo soro-soro, dirusak pacar
dewe.
(kecewa)
Konco-konco nek ngerti Imah ndisiki
usaha, modale duwek jatah bulanan,
pasti ngamuk kabeh. Opo maneh sing
wis tak pengaruhi.
DOLAH
(meredah)
Mangkane, awakmu cepet bertindak
supoyo slamet kabeh.
DUWAN
(semangat)
Oke. Tapi, nek onok opo-opo ambek
Mas Ali, sampeyan tetep tanggung
jawab.
CUT TO:
13A. EXT. RUMAH PENGUNGSIAN - SORE 15 15
Pemain: Ali, Kiyah, Emak, Imah
Di halaman, KIYA -berbusana casual warna kalem- didampingi
ALI, pamit pada EMAK. IMAH ikut nimbrung. EMAK memamerkan tas
kulit pemberian KIYAH.
EMAK
(gembira)
EMAK suwun lho, Nak Kiyah dikasih
tas.
IMAH
(nyeletuk)
Mbak Kiyah enak duwe pabrik
kerajinan kulit. Tas, sepatu isok
ganti-ganti. Aku gelem lho Mbak,
ngedolno lungsurane.
EMAK
(geregetan)
Hus.., ojok serakah koyok mekelarmakelar
tanah pengungsian.
19.
DOLAH (cont'd)
IMAH
(ramah, senyum)
Nggak apa-apa Mak, nanti tak
bawakan, kok.
IMAH
(gembira)
Yes, oke, yuup..
ALI cuma bisa senyum-senyum. Lantas, KIYAH pamit dan
melangkah menuju parkiran sepeda motornya.
CUT TO:
13B. EXT. RUMAH PENAMPUNGAN - SORE 16 16
Pemain: Mei Lin, Emak
KIYAH mengendarai sepeda motornya, meninggalkan halaman
penampungan.
MEI LIN 23 (th), mahasiswa Fak. Ekonomi, dan sekampus dengan
ALI, datang mengendarai mobil. MEI LIN memarkir mobil di
halaman lokasi penampungan. MEI LIN tertegun melihat dekat
pintu rumah, ada seorang GADIS X pamit EMAK, dan pergi.
MEI LIN
(cemburu)
Siapa dia, ya. Jangan-jangan dia
ngejar Mas Ali.
Setelah GADIS X pergi, MEI LIN turun mobil, menenteng tiga
buah duren, mendatangi EMAK. EMAK diikuti IMAH, menyambut
gembira. MEI LIN menyerahkan duren ke EMAK.
EMAK
(gembira)
Aduuh..., Nak Mei Lin repot. Terima
kasih lho.
MEI LIN
(senyum)
Tadi ada saudara bawa dari Malang,
Mak.
EMAK
(semangat)
Imah, cepetan celuken Mas Ali.
Melok ae..
IMAH sebel, dan sempat minta duren yang dibawa EMAK.
20.
IMAH
(sebel)
Endi tak gowone siji, Emak.
EMAK geregetan, memberikan satu duren ke IMAH. MEI LIN
tersenyum. ALI menghampiri.
ALI
(senyum)
SMS baru aku buka. Tadi, low batt.
MEI LIN
(gembira)
Langsung aja, ya.
EMAK
(senang)
Terima kasih lho, Nak Mei Lin.
IMAH
Besok, bawa apel sama anggur ya,
Mbak Mei Lin.
Spontan, EMAK gergetan menginjak kaki IMAH. IMAH jingkrakjingkrak
kesakitan.
IMAH
Aduh, aduh.. Mak.
MEI LIN tersenyum. ALI tercengang, geleng-geleng.
MEI LIN
(senang)
Emak.., Mei Lin langsung pigi ya.
Yuk Imah.
EMAK
Ati-ati ya, Nak Mei Lin.
MEI LIN jabat tangan dengan EMAK dan IMAH. ALI cium tangan
EMAK. ALI menuju mobil bersama MEI LIN. MEI LIN mengemudikan
mobil meninggalkan halaman penampungan.
DUWAN sambil menenteng handycam, berdiri tak jauh dari tempat
mobil itu diparkir. Ia terlihat sinis, memperhatikan mobil
MEI LIN, pergi.
CUT TO:
14. INT. RUMAH MAKAN - MALAM 17 17
Pemain: Mei Lin, Ali, Pelayan
21.
MEI LIN duduk berhadap-hadapan dengan ALI di sebuah meja
makan. Keduanya selesai menyantap hidangan. MEI LIN sesekali
menyeruput minuman kemasan botol, ia asyik bicara dengan ALI.
MEI LIN
(senyum)
Aku tadi transfer ke ATM Mas Ali
Lima Ratus Ribu. Ntik kalau habis,
aku tambah.
ALI
(menatap tajam)
Mel, kamu gak perlu lakukan itu
lagi.
MEI LIN
(sahaja)
Kegiatan Mas Ali, bantu para korban
luapan lumpur itu berat. Apa salah,
aku ikut peduli?
ALI
Aku yang gak enak, kamu transfer
terus.
MEI LIN
(manja)
Gak usah dibahas lagi.
(diam sejenak)
Nilai uangku gak seberapa. Para
korban itu butuh bimbingan Mas Ali.
ALI
(serius)
Khan juga untuk kepentingan
skripsiku.
MEI LIN
Sama. Uangku juga untuk kepentingan
skripsiku. Mas Ali sendiri khan
yang dorong supaya skripsiku jadi
best di Fakultas Ekonomi. Mas juga
best di jurusan Komunikasi.
ALI
(diam sejenak, memandang
sayu)
Terimakasih Mei Lin. Selama ini,
kamu membuat aku tambah semangat
untuk dekat dengan pengungsi.
22.
MEI LIN
(diam sejenak, sendu)
Mas Ali sudah mendorongku,
menjadikan akuntanbilitas sumbangan
kesejahteraan pengungsi untuk bahan
penyusunan skripsiku.
(senyum, mengangkat bahu)
Sayang, aku belum berbuat banyak
buat Mas Ali.
Percakapan MEI LIN dan ALI terhenti munculnya PELAYAN
memberesi piring-piring di meja.
MEI LIN beranjak dari tempat duduknya, menuju wastaffel. Ia
mencuci tangan, sesekali melihat wajahnya di kaca cermin yang
nempel dinding depannya.
MEI LIN
(sebel, menggerutu, sewot)
Sebel. Aku pikir, bisa muncul
kalimat cinta. Nyatane, mulut masih
suka berbusa persis lumpur.
CUT TO:
15. INT. KAMAR MEI LIN - MALAM 18 18
MELISA (25 th), psikolog, kakak sulung MEI LIN sedang
merebahkan tubuh di ranjang sambil baca majalah. Muncul MEI
LIN yang baru tiba dari bertemu ALI. Spontan, MELISA bangkit,
merespon.
MELISA
(penasaran)
Gimana, sukses ndak?
MEI LIN tak menjawab. Ia lempar tasnya, duduk membisu.
MELISA
(penasaran)
Kalau disakiti, cari cowok lain.
Jujur, Cece gak begitu respek Lu
ngejar-ngejar Ali. Dibilang
prospek, juga ndak. Lu malah akan
banyak masalah.
MELISA
(sebel)
Dia ndak salah. Dia orange baek.
Humanis. Bagiku prospek secara
ekonomi nomer sekian.
23.
(MORE)
Pengalamanku deket cowok, dia itu
penuh kasih. Ndak ngeliak
perbedaan.
MELISA
(gemes)
Masak kalo penuh kasih, ndak mau
beri ketegasan.
MELISA
(tersinggung)
Dia ndak tipe cowok LBD busyet. Aku
dewek yang salah, setiap ketemu dia
suka serius. Dia sama perempuan,
menghargai. Selalu ati-ati.
CUT TO:
16. INT. RUMAH PENAMPUNGAN - SORE 19 19
Pemain: Ali, Kiyah
ALI didampingi KIYAH dikerumuni Ibu-ibu penghuni bangsal
penampungan. Mereka sambil memangku anak-anaknya yang masih
balita duduk santai. Mereka nampak semakin antusias, meski
ALI berbicara sudah agak lama.
ALI
(wibawa)
Begini, Bu. Mulai sekarang,
biasakan anak belajar membedakan
antara kejadian kehendak manusia
dan Tuhan.
(diam sejenak, berdiri)
Saya sendiri setelah dewasa dan
mengenal ilmu, baru menyadari, yang
dikehendaki manusia sebenarnya juga
berlaku hukum-hukum Tuhan.
IBU PKK1
Maksud-e opo Mas?
ALI
Seperti pepatah ‘Sepandai-pandai
tupai melompat akhirnya jatuh
juga’, misalnya.
(diam sejenak)
Tupai khan pandai melompat, kenapa
bisa jatuh?
IBU PKK3
Lelah bekne. Wong aku bingung.
24.
MELISA (cont'd)
IBU PKK2
Badan gemuk kakehan mangan, he..he.
ALI
Keduanya bisa iya. Kalau tupai itu
gambaran manusia, bisa juga karena
lupa, khilaf, kurang hati-hati, dan
sebagainya.
(diam sejenak)
Di sini berlaku hukum ketuhanan.
Yang tidak mungkin bisa jadi
mungkin. Sebaliknya, yang mungkin
bisa jadi tidak mungkin.
IBU2
Tambah bingung aku, Mas?
IBU BALITA
(gemes)
Ruwet, Mas. Pantese iku gak gawe
wong cilik koyok awak dewe.
ALI
(sahaja)
Baik Bu, saya tanya lagi. Ibu-ibu
apa pernah mbayangkan daerah ini
akan kena banjir lumpur?
IBU-IBU tetap diam, hanya geleng-geleng.
ALI
(semangat, senyum)
Yang ini, pasti Ibu-Ibu sudah
terbayang.
(menatap orang per orang)
Andaikan sekarang ini, hujan tibatiba
turun deras. Musibah apa yang
akan menimpa desa-desa sekitar
penampungan lumpur setinggi 5
meter, yang luasnya berhektarhektar?
IBU-IBU hanya tercengang.
Seorang warga lelaki, yang sejak awal mengikuti kegiatan ALI,
mendadak sinis, meninggalkan tempat.
LELAKI
(geregetan, sebel, ngomel)
Ngomong ambek wong cilik, melipmelip.
25.
(MORE)
(sesekali nengok ke
belakang)
Ojok-ojok arek iki antek-anteke
makelar. Atau, kongkonane dukundukun
tukang nyatut jenenge warga
gawe odol-odol ganti rugi.
CUT TO:
17. EXT. RUMAH PENAMPUNGAN - SORE 20 20
Pemain: Mei Lin, Ali, Kiyah, Dolah
KIYAH -berbusana casual warna cerah- mengendarai sepeda
motornya, meninggalkan halaman penampungan. ALI melepas
dengan lambaian tangan. KIYAH tak tampak lagi.
MEI LIN datang mengendarai mobil. MEI LIN memarkir mobil di
halaman lokasi penampungan. MEI LIN turun, membawa bungkusan
plastik isi apel. ALI menyambutnya, MEI LIN menyerahkan
bungkusan pada ALI.
MEI LIN
(ceria)
Titip buat Emak dan Imah.
ALI
(senyum geleng-geleng
kagum)
Terima kasih.
ALI dan MEI LIN bicara sambil duduk-duduk santai di bangku
lokasi penampungan.
MEI LIN
(bunga-bunga)
Kalau gitu, jadi pindah dari sini
besok?
ALI
Mestinya iya. Uang kontrak rumah
dua tahun dari Lapindo sudah tak
serahkan.
MEI LIN
(senang, penasaran)
Emak sama Imah masih sulit diajak
pindah?
26.
LELAKI (cont'd)
ALI
(diam sejenak)
Kayaknya ada yang mempengaruhi.
Nanti malam, aku ajak bicara lagi.
Dari kejauhan, DOLAH -membawa handycam- tiba-tiba
menghentikan langkahnya. Ia sinis memperhatikan ALI dan MEI
LIN. DOLAH seolah memendam perasaan benci.
ALI dan MEI LIN tak sadar diperhatikan DOLAH, keduanya tetap
asyik bicara.
MEI LIN
(gembira)
Rumah kontrakan itu berapa kilo
dari sini?
ALI
(sahaja)
Gak seberapa jauh. Barang-barang
sudah disiapkan untuk diangkut
besok. Jadi nggak jadi, aku SMS.
MEI LIN
(gembira)
Aku usahakan datang. Rasane pingin
liak Emak nempati rumah baru.
Dari kejauhan, DOLAH masih memperhatikan ALI dan MEI LIN
dengan sinis.
CUT TO:
18. EXT. RUMAH -KONTRAK- KELUARGA ALI - S0RE 21 21
Pemain: Ayah Ali, Ibu Ali, Dolah, Imah
AYAH dan IBU ALI, serta ALI sibuk menurunkan barang-barang
dari kendaraan pick up. Mereka memasukkannya ke dalam rumah
kontrakan baru.
DOLAH bergeming sinis, ia lebih asyik dengan handycam-nya.
Dan, IMAH malah bermain sepak bola plastik di depan rumah.
Keduanya seolah cuek, meski keluarganya sibuk mengusungi
barang.
CUT TO:
19. INT. RUANG TAMU RUMAH -KONRAK- KELUARGA ALI - MALAM 22 22
Pemain: Ali, Imah, Emak, Ayah Ali, Dolah
27.
ALI duduk menghadap komputer, ia mengetik skripsinya. Di
meja, ada setumpuk buku-buku referensi.
Di dekatnya, IBU ALI menggoreng kripik ketela. IMAH
membungkusi plastik.
IMAH
(bicara sendiri)
Keluargane dewe wong limo, sebulan
total oleh jatah Sak Juta Setengah.
(meyakinkan EMAK)
Enak yo, Mak. Isok gawe modal Bapak
dodol buku bekas. Emak dagang sayur
tambah akeh. Aku isok belajar dadi
pengusaha kripik, he..he.
EMAK
(menimpali)
Enak, lambemu! Omah kerendem
lumpur, seneng. Sing enak iko loh,
makelar musibah sing omahe magrongmagrong.
ALI terusik, dan geleng-geleng mendengar obrolan EMAK dan
IMAH.
IMAH
(menyela)
Emak, sok tahu. Mosok bencana
banjir lumpur dimakelari. Opo gak
wedi kuwalat, ta?
EMAK
Jelas gak mikir. Masiyo alim, nek
serakah, kuwalat pun isok
dimakelari.
(diam sejenak, berdiri)
Repot, wong-wong pinter sak’iki.
Akeh sing keblinger.
IMAH
(menimpali, slengekan)
Nek ngono, tak dongakno banjir
lumpur gak mari-mari, Mak. Cik oleh
Sak Juta Setengah terus. Koyok PNS,
he..he.
EMAK
(gregetan )
Wis, cucukmu ojok ngoceh ae.
Sumpek, Emak.
28.
Tiba-tiba AYAH ALI datang, sambil membawa kotak kardus isi
buku-buku bekas. Dia memberi salam. Semua serempak menjawab
salam. IBU ALI hanya menoleh, IMAH berdiri menyambut dengan
ciuman tangan. ALI juga beranjak dari duduknya, mendekat dan
mencium tangan AYAH.
IBU ALI
(nyeletuk, tak ramah)
Onok anake tonggo sebelah arep tuku
buku pelajaran SMP. Tak warah nek
Bapak sek dodolan nang alun-alun.
AYAH ALI meletakkan kardus isi buku-buku ke atas meja.
AYAH ALI
(sahaja)
Mene isuk sak durunge kerjo, tak
siapno.
AYAH ALI melangkah masuk ruang dalam.
Tiba-tiba DOLAH -menenteng handycam- datang tanpa memberi
salam. Ia berdiri sejenak, pandangannya sinis -memperhatikankegiatan
IBUnya dan IMAH. IBU yang sangat menyayangi Dolah,
menyapa penuh kasih.
IBU ALI
(memanjakan)
Gak luwe ta, sedino gak mole. Adus
kono, ndang mangan.
DOLAH cuek, cemberut. IMAH seolah takut melihat DOLAH tak
merespon EMAK. Lantas, DOLAH memanggil IMAH masuk ke kamar.
CUT TO:
20. INT. KAMAR IMAH - MALAM 23 23
Pemain: Dolah, Imah
Imah agak cemas, memasuki kamarnya. Ia langsung duduk di
tempat tidur. Dolah mengikuti dari belakang, dan berdiri di
dekat pintu kamar.
DOLAH
(geram, menahan volume
bicara, ngancam)
Terus-terusno dodolan kripik.
Awakmu khan wis dikandani Duwan.
Mosok, dubleg.
(diam sejenak, mata
melotot)
Awas, nek koen terusno, Duwan tak
kongkon mutus awakmu.
29.
IMAH
(ketakutan, manja)
Aku loh wis mekso Emak. Tapi, Emak
ngotot supoyo aku tetep usaha
kripik. Aku juga wis minta ijin Mas
Ali. Malah, aku diancam gak
dikursusno jahit.
Mendadak Dolah menyahut baju-baju di centelan, dan
dilemparnya ke arah IMAH.
DOLAH
(emosi)
Mboh, yok opo carane. Pokok’e,
kripikmu mandeg.
IMAH tertegun, ketakutan. DOLAH meninggalkan kamar.
CUT TO:
21A. INT/EXT. RUMAH TINA - MALAM 24 24
Pemain: Dolah, Tina, Papa Tina, Mama Tina
DOLAH mengantar pulang pacarnya, TINA alias SUTINA, sampai
di pintu rumah. Sebelumnya, TINA -lulusan D3 Perhotelan- yang
jadi vokalis grup dangdut ini, dijemput dari latihan musik.
DOLAH pamit sambil mencium tangan TINA, ia melangkah ke
sepeda motornya, dan pergi.
TINA masuk rumah. AYAH TINA dan IBU TINA -sengaja menunggu
TINA- duduk di sofa ruang tamu. AYAH TINA sembari mengepulkan
asap rokok, berang, menegur TINA yang nyelonong masuk.PAPA
tina
(emosi)
Tina! Papa pingin ngomong.
TINA cemberut, merebahkan tubuh di kursi. Mama Tina, yang
sangat sayang Tina, beranjak masuk ke dalam ruangan.
PAPA TINA
(geregetan)
Papa nggak ngelarang dadi penyanyi
dangdut. Setiap latihan, mole
bengi.
(diam sejenak)
Cumak, Papa njaluk mulai sekarang
Tina kudu ngedohi Duwan.
TINA tersentak kaget.
30.
TINA
(sebel, manja)
Papa! Apa salahne Mas Duwan?
PAPA TINA
(wibawa)
Pokok’e, Papa gak sukak. Gak duwe
sopan santun. Setiap nganter Tina,
plencing, gak pernah pamit.
TINA
(membela)
Tina sing ngongkon, Pa. Tina pikir
Papa wis sare.
PAPA TINA
(menghardik)
Kenapa gak pamit Mama.
TINA tak menjawab, ia sesenggukan. Tiba-tiba MAMA TINA
keluar, duduk di samping TINA, sambil membelai rambut TINA.
MAMA TINA
(meredam)
Papa nggak pingin Tina kebablasan.
Duwan cumak lulusan D2 broadcast.
Tina D3 Perhotelan. Masa depan gak
isok diharapno, termasuk
keluargane.
PAPA TINA
(geregetan, nada tinggi)
Gak cumak iku. Gara-gara kelakoane
cacakne, si Ali, usaha Papa ancurancuran.
Uwong deso-deso
dipengaruhi supoyo nrimo kejadian
banjir lumpur.
MAMA TINA
(meredam)
Papa bener. Usaha slep,
penggilingan padi Papa, tutup kenek
banjir lumpur. Mesin dipindah tetep
gak mlaku. Uwong gak onok sing
nyelepno, akibat sawah-sawah
kerendem lumpur.
TINA
Mas Duwan khan gak melok-melok
kegiatan Mas Ali, Ma.
31.
PAPA TINA
(emosi, membentak-bentak)
Nek Duwan bener-bener sayang Tina,
pasti ngelingno mas-e.
Melihat sang PAPA membentak-bentak, TINA bertambah terisak.
Tidak mampu menahan kekecewaannya, TINA beranjak dari tempat
duduk, dan bergegas masuk ruang dalam.
CUT TO:
21B. INT. KAMAR TINA - MALAM 25 25
TINA masuk kamar, dan membanting pintu cukup keras, ‘braak..’
MAMA TINA berusaha mengejar, namun pintu keburu dikunci dari
dalam.
MAMA TINA cemas, mengetuk pintu berulang-ulang. Tapi, pintu
tetap terkunci dari dalam.
CUT TO:
21C. INT. RUMAH TINA - MALAM 26 26
MAMA TINA lesu, menghampiri PAPA TINA yang masih tetap duduk
di sofa ruang tamu. MAMA TINA gelisah, merebahkan tubuh di
sofa.
MAMA TINA
(mengeluh)
Mama wedi nek sampek Tina ngalami
kejadian nggak-nggak. Mestine Papa
kasih waktu Tina mikir?
PAPA TINA tak berkomentar, pandangannya menerawang sambil
mengisap rokok dalam-dalam.
MAMA TINA
Papa tahu khan, Tina nek nekad
susah dicegah.
PAPA TINA tak segera menjawab. Lantas, ia beranjak dari
duduknya.
PAPA TINA
(manggut-manggut, meredah)
Yo wis. Mama harus ngandani Tina.
Dekne wajib ngancam Duwan.
(melangkah gelisah)
32.
(MORE)
Nek sampek Duwan gak isok mandegno
kegiatan Ali, Tina wajib ngancam
putus.
CUT TO:
22. EXT. RUMAH PENGGILINGAN PADI KELUARGA TINA - SORE 27 27
Pemain: Dolah, Tina
DOLAH memegang kedua tangan TINA seolah saling ikrar.
Keduanya berdiri di depan bangunan penggilingan padi (slep)
milik PAPA TINA, yang terendam lumpur.
DOLAH
(romantis, memainkan
jemari TINA)
Aku janji mandegno kegiatan Mas
Ali.
TINA
(merajuk)
Aku wedi gagal, Mas.
DOLAH
(optimistis)
Aku harus usaha sampek berhasil.
TINA
(kurang yakin)
Dengan segala cara?
DOLAH
(meyakinkan)
Iyo, asal gak nyakiti fisik.
TINA mencium kedua tangan DOLAH sambil memejamkan mata.
CUT TO:
23. EXT. UJUNG DESA - MALAM 28 28
Pemain: Duwan, Fig. Ojek Solikhin, Rokhim, Sugeng
DUWAN bersama 3 orang temannya sesama tukang ojek, berdiskusi
soal strategi mengendalikan korban musibah lumpur. Mereka
duduk-duduk di atas kendaraan masing-masing. DUWAN sesekali
berdiri.
33.
PAPA TINA (cont'd)
DUWAN
(serius, sebel)
Paranormal lumpur ngaku-ngaku
keturunan Mojopahit iku, persis
sopir truk sing mburine ditulisi
‘Ku tunggu jandamu’.
(terkekeh-kekeh)
Gak perlu dibahas maneh. Isok-isok
awak dewe diperalat ngumpulno
warga, gawe golek duwek ganti rugi.
OJEK SOLIKIN
Kuwalat lho, Wan. Paranormal iku
teko ambek koncone, keturunan
Walisongo.
(diam sejenak, bangga)
Ngomonge, gak cumak isok mandegno
luapan lumpur. Tapi, isok ngerubah
lumpur dadi duwek. Syarate, Lapindo
kudu nyediano emas murni sak
kuintal.
OJEK ROKHIM
Gendeng arek iki. Yo, nek ngaku
keturunan Mojopahit ambek Walisongo
iku sing kuwalat.
(diam sejenak)
Leh, sak’iki awakmu sakben bengi
nyetel Telulas tivi nasional.
Bapakmu biyen cumak TVRI, atek
tivine hitam putih.
Cumak, awakmu podo gobloke ambek
wong-wong sing ngaku sakti iku.
DUWAN
(menyela)
Rokhim bener, Leh. Sak’iki awak
dewe konsentrasi ngewangi Wak Kaji
makelaran tanah, ae.
(semangat)
Mas Duwan khan janji ngatur
strategi gawe mempengaruhi warga
sing lahane kate dibebasno.
OJEK SUGENG
(menyahut)
Setuju. Daripada ngurusi wong-wong
sempel. Nek pancen sakti koyok Mak
Lampir, yo stop-en gempa akhirakhir
iki.
(sebel, geregetan)
Tuhan kok, dibujuki.
34.
Tiba-tiba DOLAH datang, mengendarai sepeda motor. Diskusi
terhenti, para tukang ojek segan pada DOLAH. Lantas, DOLAH -
muka masam- memanggil DUWAN. Keduanya berjalan menuju bangku
gardu yang tak jauh dari situ.
CUT TO:
24. EXT. GARDU POJOK GANG - MALAM 29 29
DOLAH -berdiri- bicara serius pada DUWAN yang duduk di bangku
gardu. DOLAH -tegang- mengotak-atik handycam-nya. DUWAN
sesekali menatap kosong ke arah seberang.
DOLAH
(tegang)
Sak’iki waktune nyetop kegiatan Mas
Ali. Wajar, Papane Tina ngamuk.
Wong dekne melok bisnis makelaran
daerah-daerah tertentu.
OJEK SUGENG
Sak jane, sing ngamuk gak Papane
Tina, thok. Wak Kaji sing nunjuk
sampeyan dadi komandane arek-arek,
asline yo mangkel get. Untunge,
strategi-strategi sampeyan
mrovokasi warga selalu jos.
DOLAH memberikan selembar uang Rp 100 ribu ke DUWAN.
DOLAH
(serius)
Oke. Supoyo gak rusak kabeh. Imah
kongkonen ngaco Kiyah ambek Mei
Lin. Tukokno hadiah, cekne
semangat.
DUWAN heran, membolak-balik uang lembaran Rp 100 ribu
DUWAN
(heran, penasaran)
Ngaco yok opo, Mas?
DOLAH
Nek wong loro iku teko nang omah,
Imah wajib bok-obok barange.
DUWAN
(bingung)
Kok, atek ngono seh, Mas?
35.
DOLAH
Gak usah kake’an cangkem. Nek
barange sering ilang nang omah,
Kiyah ambek Mei Lin pasti benci Mas
Ali.
DUWAN
Ide, bagus. Nek wedo’an iku ilang,
Mas Ali gak isok bebas nemui warga
maneh.
(semangat, cemerlang)
Oke. Gak rugi Mas, kuliah
sutradara, he..he.
CUT TO:
25. INT. RUANG TAMU KELUARGA ALI - SIANG 30 30
Pemain: Duwan, Imah
IMAH duduk di kursi, ia cengar-cengir sambil memeluk-meluk
boneka Panda hadiah dari Duwan. Kelakuannya mirip anak kecil.
Di depannya, DUWAN memperhatikan sambil senyum-senyum.
Sesekali senyumnya seolah dipaksakan.
DUWAN (V.O.)
(ibah, geleng-geleng)
Sakno Imah, kudu kletomania maneh.
Kepekso nyolong. Daripada rusak
kabeh.
(diam sejenak, manggutmanggut)
Gara-gara Mas Ali, isok-isok jatah
soko Wak Kaji di-stop, Mas Dolah
diputus pacare.
DUWAN terperanjat, mendengar dari luar ada suara sepeda
motor. Ternyata, sepeda motor dikendarai ALI, berboncengan
dengan Kiyah. Keduanya baru datang dari keliling desa.
DUWAN buru-buru beranjak dari tempat duduknya, dan pamit ke
IMAH. DUWAN mengingatkan IMAH dengan memberi kode tangan
untuk obok-obok tasnya Kiyah.
DUWAN keluar pintu, IMAH masuk ke ruang dalam.
CUT TO:
26. INT. RUANG TAMU KELUARGA ALI - SORE 31 31
Pemain: Ali, Kiyah, Gadis X
36.
Dari luar, ALI dan KIYAH masuk rumah. Keduanya berpapasan
dengan GADIS X -pakaian seksi- muncul dari ruang dalam.
Setelah senyum ramah, KIYAH melirik si GADIS X yang melangkah
cuek, keluar pintu. KIYAH penasaran.
KIYAH
(berbisik)
Siapa, Mas?
ALI
(cuek)
Fatimah. Teman baru Imah. Anak
tetangga ujung.
ALI merebahkan tubuhnya di kursi tamu. KIYAH yang menaruh
cemburu pada gadis tadi, mendadak seperti menahan rasa ingin
kencing.
KIYAH
(manja)
Mas Ali, aku nunut ke belakang, ya?
DOLAH
(tersenyum)
Langsung aja. Aku tak keluar dulu
cari Emak.
KIYAH -curiga- berdiri dan diam sejenak. DOLAH keluar rumah.
KIYAH (V.O.)
(bertanya-tanya)
Opo Mas Dolah nemui cewek mau?
KIYAH masuk ke dalam. Ruang tamu sepi.
Tiba-tiba muncul IMAH dari ruang dalam. Pandangan IMAH
langsung tertuju ke tas KIYAH yang tergeletak di kursi.
IMAH menyambar tas KIYAH, dan menguras isinya. Di antaranya,
bedak, lipstik, tablet maag. Permen karet juga diembat, ia
masih sempat mencicipi.
KIYAH
(lihat kanan kiri)
Asyik.
IMAH meletakkan tas KIYAH kembali, dan bergegas keluar rumah.
KIYAH muncul dari ruang dalam, sambil mengusapkan sapu tangan
ke wajahnya yang habis dicuci. KIYAH mengambil tas, berniat
pakai bedak. Ia terkejut karena isi tas kosong. Ia memeriksa
tas, jangan-jangan ada yang sobek.
37.
KIYAH
(heran, bingung)
Masak jatuh semua, wong tertutup.
Lupa naruh, nggak mungkin.
CUT TO:
27. EXT. BELAKANG RUMAH KELUARGA ALI - SORE 32 32
Pemain: Imah, Emak
IMAH girang, mencoba bedak dan lipstik milik KIYAH. Ia cengarcengir
sambil memandangi wajahnya di cermin kecil. Sesekali
dipoleskan lipstick di bibirnya.
Mendadak EMAK muncul, IMAH buru-buru memasukkan lipstick di
saku, dan ketakutan.
EMAK
(menghardik)
Gopekne sopo, Imah.
KIYAH
(cengar-cengir)
Iki lho, Mak. Aku nemu nang dalan.
Kemudian, EMAK pergi. IMAH sebel dan was-was.
IMAH
(sebel, geregetan)
Repot, Emak eruh ae.
(cemas, seolah mikir)
Tapi, yok opo yo, nek EMAK sampek
takon nang Mbak Kiyah?
CUT TO:
28. EXT. RUMAH KELUARGA ALI - SIANG 33 33
Pemain: Emak, Kiyah, Ali
EMAK melepas kepergian KIYAH dengan tetap berdiri di pintu.
ALI berdiri di beranda. KIYAH melajukan sepeda motornya.
Kendaraan KIYA saat akan meninggalkan halaman, mendadak
berpapasan lagi dengan GADIS X -pakaian seksi- yang sedang
jalan kaki, menuju rumah ALI.
Di tengah kendaraannya sedang melaju, KIYAH cemas, gelisah,
cemburu, dan curiga.
38.
KIYAH (V.O.)
Nek teman baru Imah, kok ambek Mas
Ali gak canggung. Koyok nang omahe
dewe. Jangan-jangan sing obok-obok
tasku dekne.
CUT TO:
29A. EXT. RUMAH KELUARGA ALI - SIANG 34 34
Pemain: Mei Lin, Gadis X
MEI LIN datang dan memarkir mobilnya. Ia terkejut melihat ada
GADIS X - pakaian seksi- meninggalkan rumah ALI. GADIS X
senyum ramah saat menoleh ke MEI LIN. MEI LIN yang tak segera
turun mobil, merespon dengan senyuman sinis.
MEI LIN
(curiga, sebel, bicara
sendiri)
Aneh? Siang-siang ndik kampung,
kayak ndik plasa. Njijikno. Awas
sampek ngisengin Mas Ali.
MEI LIN turun mobil, sambil membawa bungkusan buah klengkeng.
CUT TO:
29B. INT. RUANG TAMU KELUARGA ALI - SIANG 35 35
Pemain: Emak, Imah, Mei Lin, Ali
EMAK dan IMAH keluar, menyambut gembira MEI LIN yang membawa
bungkusan isi klengkeng. ALI muncul, EMAK dan IMAH membawa
masuk bungkusan itu.
MEI LIN
(semangat)
Judul skripsi yang tak ajukno ke
pembimbing, sudah disetujui. Dosendosen
respek skripsiku ngambik
topik ekonomi mikro musibah banjir
lumpur.
ALI
(gembira)
Syukur. Persoalan yang kamu angkat
cukup bagus. Aku ikut senang.
39.
MEI LIN merasa tersanjung, tersipu-sipu. Tiba-tiba,..
MEI LIN
(manja, penasaran)
Mas, cewek tadi itu sapa sih. Kok,
ndak pernah tahu ndik pengungsian?
(nyindir)
Penampilane siang-siang kayak
artis.
ALI
(senyum)
Teman Imah. Rumahnya di pojok, yang
ada kantor notarisnya. Ngakunya
sih, mahasiswa Pertambangan
semester 5.
MEI LIN senyum kecut. Ia tertegun melihat GADIS X tiba-tiba
nyelonong masuk rumah, tanpa ketuk pintu.
GADIS X menyapa MEI LIN dengan senyuman. MEI LIN merespon
dengan senyum tak ramah, sambil menoleh ke arah ALI.
Kebetulan ALI menatap kosong GADIS X.
Spontan MEI LIN beranjak dari duduknya, ia seakan menutupi
rasa kecewanya, melangkah ke keluar pintu. ALI mengejar.
CUT TO:
29C. EXT. BERANDA RUMAH KELUARGA ALI - SIANG 36 36
Pemain: Mei Lin, Ali
MEI LIN sebel, melihat-lihat bunga-bung di pot. ALI
menghampiri.
ALI
(merasa bersalah)
Kalau aku salah, minta maaf Mei
Lin. Kenapa?
MEI LIN
(pura-pura, geleng)
Ndak. Ndak ada apa-apa. Cuman gerah
aja di dalam.
ALI
Kamu gak biasa di ruangan tanpa AC,
ya?
MEI LIN
(sebel))
Mas Ali ndak perlu ngomong gitu.
40.
(MORE)
Aku justru seneng suasana seperti
ini. Cuman, aku tadi melihat ada
yang aneh.
Tiba-tiba GADIS X keluar dari pintu lagi. Kali ini, ALI
membalikkan tubuh, menjauh. GADIS X menyapa MEI LIN dengan
senyuman ramah. MEI LIN tersenyum bimbang.
MEI LIN cengang dan penasaran, melihat GADIS X berjalan
gontai seolah tanpa beban.
CUT TO:
29D. INT/EXT. RUANG TAMU KELUARGA ALI - SIANG 37 37
Pemain: Imah, Mei Lin
Dari ruang dalam, IMAH muncul. Tatapan matanya langsung
tertuju ke tas MEI LIN di atas meja. IMAH mengintip lewat
jendela.
MATCH CUT TO:
Di beranda, MEI LIN dan ALI bicara serius.
BACK TO:
Merasa aman, IMAH buru-buru membuka tas MEI LIN, dan melihatlihat
isinya. Sesekali, ia memperhatikan kanan kiri.
KIYAH
(gugup, bicara sendiri)
Pasti Mbak Mei Lin gowo barang iku.
Hari-hari gini khan waktune palang
merah, he..he. Emak yo gak nukokno
aku.
Mendadak, IMAH girang begitu menemukan softeck.
KIYAH
(gembira)
Ini dia, yang tak cari-cari,
he..he.
Saking gugupnya, softek terjatuh, dan masuk di bawa kursi. Ia
bingung mengambil.
MATCH CUT TO:
Di beranda, MEI LIN yang masih sewot, berniat kembali ke
ruang tamu.
41.
MEI LIN (cont'd)
MEI LIN
(sebel)
Aku mau ke kampus aja.
ALI mencegah, tangannya meraih -lembut- jemari MEI LIN.
ALI
(wibawa, senyum)
Kamu mau khan maafkan aku.
Kontan, sewot MEI LIN cair, ia tersenyum.
BACK TO:
IMAH sambil sesekali melihat ke arah pintu, ia gugup menutup
resluiting tas. IMAH buru-buru meletakkan tas di posisi
semula, dan bergegas masuk ke dalam.
Bersamaan IMAH lenyap dari ruang tamu, MEI LIN masuk. ALI
mengikuti dari belakang.
MEI LIN mengambil tasnya, kemudian pamit kepada ALI.
MEI LIN
(senyum)
Aku langsung ke kampus.
(menatap penuh arti)
Ati-ati ya Mas. Jalan deket tanggul
lumpur itu rawan. Ngeri.
ALI
Iya, terima kasih.
EMAK
(mencari Emak)
Ntik nek Emak pulang, pamitno ya,
Mas?
CUT TO:
30. EXT. JALAN-JALAN DESA TERGENANG LUMPUR - SIANG 38 38
Pemain: Mei Lin
MEI LIN mengendarai mobil seolah gelisah. Pikirannya
menerawang terbawa imajinasi GADIS X.
MEI LIN (V.O.)
Ndak mungkin, cewek tadi tujuane ke
Imah thok. Apalagi, deweke
mahasiswa Pertambangan. Ada kaitane
langsung ambek bencana lumpur.
(diam sejenak)
42.
(MORE)
Sebel. Gitu atek purak-purak cuek.
Liak dandanane ae wis ndak beres.
Awas Lu, ya.
Kali ini, MEI LIN sesekali melihat samping, pemandangan rumahrumah
yang tergenang lumpur.
CUT TO:
31. EXT. TANGGUL KOLAM LUMPUR - SIANG 39 39
Pemain: Dola, Duwan
DOLAH asyik merekam kesibukan memanfaatkan lumpur untuk bahan
batu bata, batako, dan paving stone. Datang DUWAN bergegas,
mendekati.
DUWAN
(cemas)
Onok kabar serem, Mas!
DOLAH
(penasaran)
Opo maneh? Ojok bahas ngajukno
proposal, ngaji nang pinggire
tanggul, lho.
(geregetan)
Gak masuk akal. Aku iki sing
diseneni Kyai-ku. Isok-isok awak
dewe disangkakno manfaatno santri
gawe golek duwek.
DUWAN
(sebel)
Iki gak onok hubungane blas, Mas.
DOLAH
(penasaran)
Opo? Koyok onok tanggul jebol ae?
DUWAN
Imah ngawur, Mas? Isok perang
temenan iki, Mas.
DOLAH
(tak sabar)
Ngawur, nyosori lumpur ta? Ngomong
mbulet, koyok sing ngurusno duwek
santunane warga.
43.
MEI LIN (V.O.) (cont'd)
DUWAN
Kate ngomong susah. Iku lho Mas,
anu, softeck. nang tas-e Mei Lin
dicolong Imah.
DOLAH
Lho, pinter iku. Jarno, pasti
ngarani Mas Ali. Cik gegeran, trus
pisah. Nek isok nyikat wek-e Kiyah
pisan.
DUWAN
Aku wedi dilaporno polisi, Mas?
Isok buyar kabeh.
DOLAH
Bento. Gak onok wong kelangan
softeck siji lapor polisi. Yo ngene
iki ide brillian.
(diam sejenak)
Gak ngene, gak buyar kegiatan Mas
Ali mempengaruhi warga dibantu
Srikandi-Srikandine iku.
CUT TO:
32. INT. KAMAR MEI LIN - SORE 40 40
Pemain: Mei Lin
Mei Lin masuk kamar, sambil menendang pintu, ‘braak..’
Lantas, MEI LIN membanting tasnya, dan merebahkan tubuh di
ranjang. Pandangannya ke langit-langit kamar.
Tiba-tiba MEI LIN bangkit dari rebahannya. Diambilnya tas di
sebelahnya. MEI LIN terkejut begitu melihat softeck-nya raib.
MEI LIN
(panik, bicara sendiri)
Gila. Sapa ya, yang ngambik? Tadi
tas ini khan aku taruh di meja
ruang tamu Mas Ali.
(penasaran, penasaran)
Diambik Mas Ali? Ndak mungkin.
Mendadak, Mei Lin tak mampu menahan emosi, ia berang begitu
teringat Gadis X, dan melempar tas hingga isinya kocar-kacir.
MEI LIN
(emosi)
Pasti, ulah cewek genit itu.
44.
(MORE)
(geram)
Kurang ajar, dia jelas ingin ngaco
hubunganku ambek Mas Ali.
FADE OUT.
45.
MEI LIN (cont'd)